Guru Mamuba Raih Penghargaan Penulisan Biografi Cipto Mangunkusumo

Mamuba.sch.id. Kegiatan peringatan hari lahir dokter Cipto Mangunkusumo ke-137 sukses digelar. Selain menggelar dialog kebangsaan di pendopo Kabupaten Jepara pada Sabtu (4/3) malam, Diumumkan juga para pemenang lomba bercerita dan penulisan biografi para tokoh Jepara.

Salah satu di antara para pemenang adalah guru Madrasah Aliyah Matholiul Ulum Banjaragung (Mamuba). Adalah M. Dalhar pengajar mata pelajaran sejarah di madrasah tersebut. Ia menulis esai berjudul " Cipto Mangunkusumo Pahlawan yang Nyaris Terlupakan." Terdapat beberapa kategori lomba, yaitu bercerita dan puisi melalui video serta penulisan artikel. Seluruh pemenang selain mendapatkan apresiasi dari pemerintah daerah juga mendapat tropi serta buku biografi Sosrokartono.

Baca juga: Serangan  1 Maret 1949 dan Perjanjian Roem-Royen (bagian 2. Habis)

“Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kodim 0719 Jepara dan terbuka untuk umum. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat masyarakat luas untuk kembali mengkaji khasanah kesejarahan yang ada di Jepara,” kata guru alumnus Universitas Sebelas Maret Surakarta ini.

Publikasi dan perwakilan peserta acara Dialog Kebangsaan (dok. ist).

Usai penyerahan hadiah, dilanjutkan dengan Dialog Kebangsaan yang mengangkat tema dan perjuangan dari dokter Cipto Mangunkusumo. Terdapat tiga pembicara utama, yaitu Rektor Unisnu Jepara, Dr. H. Sa’dullah As’saidi, M.Ag; Hadi Priyanto, budayawan; dan Dr. Alamsyah, M.Hum akademisi dari Universitas Diponegoro. Masing-masing pemateri menyampaikan pandangan terhadap dokter Cipto.

Salah satu hasil dari dialog ini adalah akan dibangunnaya Monumen dokter Cipto Mangunkusumo di Jepara. Selain itu, ada banyak masukan tentang pentingan pengembangan budaya dan sejarah Kabupaten Jepara.

Dokter Cipto Mangunkusumo dilahirkan di Pecangaan Jepara para 4 Maret 1886. Pada usia enam tahun sudah meninggalkan Jepara untuk belajar di Ambarawa. Ia merupakan dokter pribumi pertama yang lulus STOVIA di Batavia. “Aktif di beberapa organisasi pergerakan, seperti Indische Patij, Insulde, dan Volksraad,” kata Dr. Alamsyah.

Acara dialog dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai latar belakang yang berbeda. Ada dari unsur akademisi, pendidik, pelajar, pemuda, budayawan, dan tenaga kesehatan.