Hujan yang Menyenangkan
Cerita Pendek dari Salwaa Naura
Seorang anak gadis terlihat sedang menyusuri jalan setapak menuju sawah yang terletak di dekat delta kecil sebuah sungai. Hati-hati gadis itu berjalan menghindari kerikil, sesekali berjalan jinjit di tanah basah, berharap kakinya tidak tergelincir. Langkah kakinya semaki cepat. Namun, langkah kakinya dikalahkan oleh tetesan rinai hujan yang semakin deras mengguyur. Awan tebal menghitam menyelimuti perkampungan kecil di kaki gunung Muria. Cahaya matahari meremang tertutup mendung hitam yang membumbung tinggi di atas pucuk gunung Muria.
Derai hujan semakin deras, membasahi seluruh penjuru. Udara dingin mampu membekukan persendian hingga membuat ngilu. Tubuh gadis itu menggigil kedinginan, tanpa menyerah dia tetap melanjutkan perjalanan menuju sawah Bapaknya. Gadis dengan rambut digulung ke atas itu mengusap matanya yang berlinang air hujan. Pakaiannya basah kuyup. Walaupun merasakan hawa dingin yang memeluk tubuh, dia tetap melangkah tanpa henti. Tangan kanannya menenteng rantang makanan hasil olahan Ibunya.
BACA JUGA: Porsema XII Jateng, Mamuba Wakili Lomba Biografi Kiai Lokal
Gadis desa berwajah manis itu bernama Sasa Ayu Argandhara. Gadis cantik yang berusia 17 tahun itu banyak memikat hati para pemuda di desanya. Dia biasa dipanggil Sasa, Si Kembang Desa Muria. Hidupnya diselimuti kesederhanaan, dia lahir dari keluarga kurang mampu. Nasibnya memang kurang beruntung dalam permasalahan ekonomi. Sasa memiliki tekad kuat, dia ingin kehidupannya lebih baik nantinya.
Sasa masih berlari menembus jutaan rintik hujan yang menetes tiap detiknya. Tanah basah nan becek kadang menghalangi langkah kakinya yang jenjang. Nyiur kelapa hijau melambai-lambai elok di pinggir deretan sawah. Burung-burung kecil masih dilihatnya berterbangan mencari naungan untuk berteduh. Desau semilir angin berhembus dari utara gunung Muria, menyapu lembut wajah manis gadis si pemilik dagu belah. Tampak rimbun hijau padi berayun melenggangkan irama bahagia. Sayup suara aliran sungai terdengar indah di telinganya. Sasa menyunggingkan senyum indahnya, senyum yang mampu melenakan orang ketika melihatnya.
Sasa adalah salah satu dari jutaan manusia yang menyukai hujan. Dia merentangkan tangan, menikmati butir-butir hujan yang menetes pelan di pipi halusnya. Kepalanya mendongak ke atas, matanya terpejam ketika bulir air keberkahan dari Tuhan menyusup masuk bola matanya. Sasa membuka mata, kemudian berjalan sambil loncat-loncat kecil. Perasaan bahagia merasuk ke dalam jiwanya. Senandung kecil keluar dari mulutnya.
Tik...tik...tik
Bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua
BERSAMBUNG....
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Hujan yang Menyenangkan (Bagian 1)
Sebuah cerpen dari Salwaa Naura Seorang anak gadis terlihat sedang menyusuri jalan setapak menuju sawah yang terletak di dekat delta kecil sebuah sungai. Hati-hati gadis itu berjalan m
Kumpulan Lirik Lagu Wisuda ke-20 Mamuba
Mamuba.sch.id. Wisuda para siswa Madrasah Aliyah Matholiul Ulum Banajaragung dilaksanakan Rabu (17/5) pagi. Dalam acara tersebut terdapat sesi menyanyikan lagu tentang guru dan perpisah
Serangan 1 Maret 1949 dan Perjanjian Roem-Royen (bagian 2. Habis)
Mamuba.sch.id. Serangan umum 1 Maret 1949 membawa arti penting bagi posisi Indonesia di mata internasional. Selain membuktikan eksistensi TNI yang masih kuat, Indonesia memiliki posisi
Hujan yang Menyenangkan (Bag.3)
Wahyu dan Ulul tertawa terpingkal saat berdiri di tepi sawah yang baru ditanami padi. Sasa mengernyitkan dahi ketika melihat sesuatu yang dipegang keduanya. Benda itu berwarna hijau, be
Hujan yang Menyenangkan (Bag.2)
5 Tahun yang lalu.... "Sasa, ayo main hujan-hujanan di sawah! Kamu udah ditunggu teman-teman nih," teriak Lia, tetangga samping rumahnya. Sasa segera keluar dari rumahnya yang terlihat
Memoar, Berkenalan & Beradaptasi dengan Organisasi
Mamuba.sch.id. Memoar atau cerita-cerita yang berisi tentang kenangan yang berkesan mirip dengan autobiografi. Setiap orang memilikinya. Sayangnya, tidak banyak yang mau menceritakannya
Puisi Salwaa Naura
Udara yang Kita Hirup dan Angan yang Kita Impikan Sayup kerinduan hinggap di awang-awang Menembus cakrawala yang kian lama menjadi usang Rinai hujan sekejap menghilang Terga
Menakjubkan sekali